Selasa, 30 Oktober 2012

TAMPIL BEDA? SIAPA TAKUT!


 Angin malam berhembus lembut melewati celah jendela kamar berukuran dua kali tiga meter, yang dihuni oleh seorang gadis remaja. Gadis itu duduk di lantai sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding dekat tempat tidur. Dia terlihat sangat bingung dan gelisah. Dia sibuk memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya besok hari. Dia ingin sekali melakukannya, tetapi takut akan pandangan dan ejekkan teman-temannya. Karena terlalu khusyuk berpikir, gadis itu tidak mendengar lagi panggilan ibunya.

“Rara, makan malam dulu”, teriak ibunda Rara dari dapur.
“eh, iya, Bu”, sahut Rara sambil bangkit dari tempat duduk tadi dan berlari menuju dapur.
“Rara sedang apa sih, sampai-sampai panggilan Ibu tidak disahRara?” tanya ibu Rara.
“maaf Bu, tadi Rara keasyikan berpikir. Jadi ga nyadar kalo Ibu manggil Rara”, jawab Rara.
“Rara lagi mikirin apa hayo” kata Ibu sambil menyiapkan makan malam.
“itu lo Bu, besok kan ada pelajaran olahraga yang pertama setelah libur Ramadahn kemarin di kelas Rara. Rara bingun mikirin mau makai celananya atau tetap makai seragam SMA tapi seragam pRarahnya dilapisi sama kaos olahraganya”, kata Rara bingung.
“hmm… soal itu ya. Lakukanlah apa yang selama ini Rara pahami tentang pakaian seorang muslimah itu dan yang Rara yakini itu benar”, ujar Ibunda Rara bijak.
“iya Bu, Rara maunya makai seragam SMA yang sudah Rara buat jadi jilbab, tetapi saat jamnya olahraga, yang dipakai cuma kaosnya saja Bu. Jadi keliatannya Rara makai kaos olahraga sama rok SMA” ucap Rara sambl mengambil piring di lemari piring.
“nah, itu Rara sudah punya solusinya. Rara kan sudah tahu dan paham kalau pakaian seorang muslimah itu dengan jilbab dan kerudung, tidak dengan celana dan pakaian yang berpenggalan. Jadi apa lagi yang membuat Rara bingung?” tanya Ibu.
“Rara bingung bagaimana caranya mengahadapi guru olahraga dan pandangan teman-teman Rara nanti, Bu” ujarnya bingung lagi.
“loh, kenapa harus bingung. Rara kan melakukan sesuatu yang benar dan tidak mengganggu orang lain. Kalau mereka bertanya kenapa pakaian olahraga Rara seperti itu, jelaskan kepada mereka pakaian seorang muslimah yang sebenarnya itu seperti apa. Seperti yang tercantum dala surah Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31, Rara hapal kan surahnya?” sahut Ibunda Rara panjang lebar.
“iya Bu, Rara hapal. Tapi Ibu kan tahu, kalau Rara itu ga pandai ngomong. Kadang-kadang Rara gugup dan kata-katanya jadi terbata-bata kalau berbicara sama guru”, ucap Rara sedih.
“anggap saja Rara sedang berbicara dengan Ibu atau teman Rara. Santai, tapi kata-katanya tetap sopan. Rara kan sedang melaksanakan perintah Allah SWT dan berjuang untuk Agama-Nya. Pasti Allah SWT membantu Rara. Ada kan firman Allah yang berbunyi “dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscya Allah menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya”. Rara harus yakin, kalau Allah selalu membantu hamba-Nya yang sedang berjuang untuk agama-Nya” jelas Ibu Rara.
“iya juga ya Bu, Rara lupa dengan firman Allah yang itu. Tapi gimana kalo pa gurunya ga paham dengan omongan Rara terus ga ngizinin Rara untuk makai jilbab saat olahraga?” tanya Rara lagi.
“jangan berburuk sangka dulu, Sayang. Rara kan belum mencoba, tetap berhusnuzhon. Kalo mereka tidak paham, tidak apa-apa. Mungkin saat itu mereka belum mampu mencerna penjelasan dari Rara. Pokoknya Rara harus yakin kalau Allah selalu membantu hamba-Nya”, kata Ibu meyakinkan Rara.
“hmm… sekarang Rara sudah yakin Bu. Besok saat pelajaran olahraga Rara mau makai pakaian yang syar’i dah. Rara harus tetap istiqomah, do’a kan Rara ya Bu”, kata Rara yakin.
“nah gitu dong, itu baru namanya Rara, anak Ibu, hehe. Pasti Sayang, Ibu selalu mendo’akan Rara”, ucap ibu bangga.
“hehe, ayo Bu kita makan. Dari tadi makananya di liatin aja. Gara-gara keasyikan ngomong nih” ajak Rara.
“eh iya, ayo. Tapi panggil ayah sama ade dulu sana. Sepertinya ayah terlalu serius bekerja, jadi sampai lupa makan malam” perintah ibu.
“siap bos!” ujar Rara semangat dan bangkit dari tempat duduk.
********
                Suara ayam jago mulai terdengar bersahutan-sahutan dengan kicauan burung. Pertanda hari baru segera dimulai. Di dalam kamar Rara sudah siap dengan pakaian SMA dan membawa kaos olahraga di dalam tasnya. Semua peralatan sekolah sudah masuk ke dalam tas gadis cantik itu. Dar wajahnya tidak terlihat ragu ataupun kebingungan lagi. Yang terlihat hanya wajah ceria dan bersemangat untuk memulai aktivitas hari ini.
“aku yakin, pasti bisa!” ucap Rara dalam hati.
********
                Memasuki gerbang sekolah, terlihat gadis cantik bernama Rara itu sangat bersemangat. Tidak ada keraguan sedikit pun yang terpancar dari wajahnya. Saat bertemu dengan teman-temannya pun, Rara bersikap seperti biasa, tetap ramah dan selalu tersenyum pada temannya.
“Dina.. Rinaa”, panggil Rara pada temannya.
“hay Rara”, jawab mereka serempak.
“kamu kenapa ga pakai baju olahraga?”, tanya Dina heran.
“ga papa, nanti aku ganti kok”, jawab Rara ringan.
“ooh gitu”, balas Rina.
“eh, kita ke ruang mana?”, tanya Dina. Di sekolah Rara dilakukan program moving class. Jadi setiap mata pelajaran, menepati sesuai mata pelajarannya. Kalau sedang pelajaran matematika, maka kelas yang dapat jadwal itu, mereka pergi ke kelas matematika.
“ruang penjaskes, dekat tangga itu”, tunjuk Rara ke arah ruang penjaskes.
“oh iya, ayo ke sana”, sahut Dina.
Mereka bertiga pun berjalan menuju ruang penjaskes. Saat memasuki ruang penjaskes, ruangannya masih terlihat sepi. Maklum jam segini masih terlalu pagi. Rara jadi datang jam 7 kurang 15 menit karena hari ini giliran kelas sepuluh untuk melakukan senam pagi. Rara tidak mau lagi dihukum seperti minggu kerin karena terlambat lima menit. Jadi dia berusaha untuk datang pagi-pagi sekali.
Banyak teman Rara yang menanyakan kenapa Rara tidak memakai pakaian olahraga. Sebab pada minggu ini sudah mulai bermain di lapangan, tidak teori lagi. Tetapi, Rara menjawab semua pertanyaan teman-temannya itu dengan santai dan jelas. Dia mengatakan bahwa tidak mau memakai celana olahraga karena celana itu tidak termasuk pakaian seorang muslimah. Banyak teman-teman Rara yang tidak mau menerima jawaban itu atau cuman berkata ‘oh’ saja.
“terus gimana nanti kamu olahraganya?” tanya salah satu teman Rara.
“ya pakai kaos olahraga, tapi tidak pakai celananya. Jadi kaos olahraga dan rok ini”, kata Rara sambil menunjuk rok SMAnya.
“ga takut jatuh Ra?”, tanya mereka lagi.
“engga, ini kan merupakan salah satu wujud cintaku kepada Allah, yaitu menjalankan perintahnya unutk menutup aurat dengan benar. Aku yakin, Allah pasti akan menjagaku dari marabahaya. Kalau pun aku terjatuh, itu merupakan kehendak dari Allah untuk megujiku”, jelas Rara.
“huuh, dasar alim” kata salah satu teman Rara yang tidak menerima jawabna Rara.
“aamiin..”, jawab Rara santai.
“panggilan kepada kelas sepuluh untuk berbaris di lapangan, senam pagi segera di mulai” teriak bapa Ipul dari pengawas harian.
“eh, udah mau senam, kelapangan yuk Syif”, ajak Rara pada Syifa.
“yukk”, sahut Syifa.
                Di lapangan sudah berbaris rapi anak-anak kelas sepuluh untuk mengikRara senam pagi. Dari kelas sepuluh tujuh, kelasnya Rara. Hanya Rara yang terlihat berbeda pakaiannya. Teman-teman Rara memakai pakaian olahraga. Sedangkan Rara memakai seragam SMA puth abu-abu. Terlihat jelas bahwa dia berbeda sendiri. Tetapi walaupun begitu dia tetap percaya diri ikut berbaris di bagian depan dan mengikRara gerakan-gerakan senam.
*************
“sudah baca do’anya?”, tanya pak Ipul, guru olahraga Rara di depan pintu.
“sudah pakk”, jawab kelas sepuluh tujuh serempak.
“ayo ke lapangan”, perintah pak Ipul.
“asikk”, teriak salah satu teman Rara.
“Syif, temeni aku ganti baju dulu yuk” pinta Rara pada Syifa.
“ayukk”, sahutnya.
                Selesai berganti baju, Rara dan Syifa berlari menuju lapangan. Saat berbaris, Rara di tegur bapak Ipul.
“itu yang pakai rok, mana celananya”, tanya pak Ipl dari depan.
“ga ada Pak, saya tidak mau makai celana”, jawab Rara nyaring.
“loh, itu pakai punya Ella, dia lagi izin keluar juga tuh”, usul Kiki. Kebetulan saat itu si Ella sedang izin keluar untuk mengambil ijzah di SMPnya.
“ga usah, pakai ini aja”, sahut Rara.
“ya sudah, ayo kita mulai pelajaran kali ini” kata Ipul.
                Saat pelajaran olahraga berlangsung, Rara masih terlihat bersemangat. Walaupun saat pemanasan dan berlari keliling lapangan, Rara terlihat agak susah untuk melangkahkan kaki karena terbatas oleh rok SMAnya itu. Namun jelas terlihat di wajahnya itu tidak ada rasa keluh karena kesusahan berlari menggunakan rok, yang terlihat cuma rasa capek karena habis keliling tiga kali putaran lapangan basket.
“oke, pelajaran hari ini cukup sampai di sini. Minggu depan kita lanjutkan lagi”, kata pak Ipul menyudahi pelajaran kali ini.
“Alhamdulillah”, ucap Rara dalam hati.
“Pak Ipul”, panggil Rara mengejar guru olahraganya itu.
“iya”
“Pak, say boleh ga kalau setiap pelajaran olahraga memakai rok sama kaos olahraganya aja?”, tanya Rara hati-hati.
“kenapa jadi begitu? Kamu tidak punya celana olahraganya?” pak Ipul balik bertanya.
“celananya ada, tapi saya tidak bisa memakai celana kalau keluar rumah. Tidak diizinkan, Pak” jawab Rara.
“siapa yang tidak mengizinkan kamu?”, tanya pak Ipul lagi.
“Allah SWT, Pak” jawab Rara lagi.
“heh?” tanya pak Ipul bingung.
“begini Pak, Allah kan memerintahkan  kepada setiap wanita muslim untuk menutup aurat dengan benar. Sepeti yang tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31 Pak”, sahut Rara.
“oh gitu, tapi apa tidak kotor rok kamu itu”, tanya pak Ipul masih tidak setuju dengan jawaban Rara.
“engga Pak, saya kan bawa dua” jawab Rara yakin.
“hmm… gini aja. Nanti kamu minta izin sama Bapak Farid, beliau kan guru olahraga yang lebih senior dari saya. Kalau kata beliau boleh, oke kamu boleh makai pakaian seperti ini”, kata pak Ipul.
“oke deh Pak, makasih ya. Assalamualaikum” kata Rara berpamitan.
“iya, Walaikumsalam” jawab pak Ipul.
“Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah membantu Rara. Sungguh, janji Engkau itu tidak pernah bohong. Maka semakin kuat lah keyakinan Rara terhadap Engkau. Makasih ya Allah”, do’a Rara dalam hati sambil berjalan menuju ruang penjaskes.
*****************
                Sampai di rumah, Rara langsung duduk di dekat ibunya kemudian berkata.,
“Bu, Alhamdulillah Rara diizinkan pakai pakaian yang syar’i saat olahraga”, kata Rara senang.
“Alhamdulillah…”, jawab Ibu. kemudian Rara menceritakan semua kejadian di sekolah tadi kepada ibunya. Dia begitu bersemangat untuk menceritakan pengalamannya ini. Ibunda Rara sangat bangga karena memiliki anak seperti Rara ini.
“ternyata benar kata Ibu, Allah akan selalu membantu hamba-Nya yang selalu bertakwa kepada-Nya. Sekarang keyakinan Rara terhadap Allah semakin tebal”, kata Rara bahagia.
“tentu, semua yang tercantum dalam Al-Qur’an dan hadist itu tidak pernah bohong”, kata Ibu.
“iya Bu”
“baju Rara bau keringat. Sekarang Rara ganti baju dulu lalu makan, tadi sudah solat di sekolah kan?”, kata Ibu sambil menutup hidung.
“iya tadi Rara sudah solat di sekolah. Eh masa sih Bu? Kok Rara ga nyium bau keringat ya? Hehe”, kata Rara sambil nyengir.
“iyalah, itu kan bau kamu sendiri”, kata Ibu.
“oke, oke. Rara ganti baju terus makan” ujar Rara bangkit.
“hmm…”
****************


Kembali Bangkit




Saat itu pula hati mulai tergoyahkan
Saat jiwa mencapai titik terlemah
Rasa jenuh mulai merayapi tubuh
Akal pun tak mampu lagi mencerna perkataan
Disaat itu lah…
Kita diuji
Sabar kah kita
Tabah kah kita
Kuat kah kita
Dan Istiqomah kah kita
Dalam menghadapi cobaan-Nya

Saat itu juga, air mata mulai meleleh
Mengalir deras di pipiku
Mungkin itu caraku untuk menghadapi cobaan
Dengan menangis, berkuranglah rasa sesak di dada
Saat itu juga…
Ku sebut Asma Allah
Zikir dan istigfar terus membasahi bibirku

Dengan cara itu
Aku mampu berpikir dengan tenang
Dengan segala petunjuk yang diberikan-Nya
Aku kembali bangkit
Hapuskan air mata
Tegarkan dan kuatkan jiwa
Untuk menghadapi cobaan dari-Nya lagi
Untuk meraih Ridho-Nya
Untuk meraih Jannah-Nya
Untuk bisa bertemu-Nya di surga nanti
:)