Angin malam berhembus lembut
melewati celah jendela kamar berukuran dua kali tiga meter, yang dihuni oleh
seorang gadis remaja. Gadis itu duduk di lantai sambil menyandarkan tubuhnya ke
dinding dekat tempat tidur. Dia terlihat sangat bingung dan gelisah. Dia sibuk
memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya besok hari. Dia
ingin sekali melakukannya, tetapi takut akan pandangan dan ejekkan
teman-temannya. Karena terlalu khusyuk berpikir, gadis itu tidak mendengar lagi
panggilan ibunya.
“Rara, makan malam dulu”, teriak
ibunda Rara dari dapur.
“eh, iya, Bu”, sahut Rara sambil
bangkit dari tempat duduk tadi dan berlari menuju dapur.
“Rara sedang apa sih, sampai-sampai panggilan Ibu tidak
disahRara?” tanya ibu Rara.
“maaf Bu, tadi Rara keasyikan
berpikir. Jadi ga nyadar kalo Ibu manggil Rara”, jawab Rara.
“Rara lagi mikirin apa hayo” kata
Ibu sambil menyiapkan makan malam.
“itu lo Bu, besok kan ada
pelajaran olahraga yang pertama setelah libur Ramadahn kemarin di kelas Rara. Rara
bingun mikirin mau makai celananya atau tetap makai seragam SMA tapi seragam pRarahnya
dilapisi sama kaos olahraganya”, kata Rara bingung.
“hmm… soal itu ya. Lakukanlah apa
yang selama ini Rara pahami tentang pakaian seorang muslimah itu dan yang Rara
yakini itu benar”, ujar Ibunda Rara bijak.
“iya Bu, Rara maunya makai
seragam SMA yang sudah Rara buat jadi jilbab, tetapi saat jamnya olahraga, yang
dipakai cuma kaosnya saja Bu. Jadi keliatannya Rara makai kaos olahraga sama
rok SMA” ucap Rara sambl mengambil piring di lemari piring.
“nah, itu Rara sudah punya
solusinya. Rara kan sudah tahu dan paham kalau pakaian seorang muslimah itu
dengan jilbab dan kerudung, tidak dengan celana dan pakaian yang berpenggalan.
Jadi apa lagi yang membuat Rara bingung?” tanya Ibu.
“Rara bingung bagaimana caranya
mengahadapi guru olahraga dan pandangan teman-teman Rara nanti, Bu” ujarnya
bingung lagi.
“loh, kenapa harus bingung. Rara
kan melakukan sesuatu yang benar dan tidak mengganggu orang lain. Kalau mereka
bertanya kenapa pakaian olahraga Rara seperti itu, jelaskan kepada mereka
pakaian seorang muslimah yang sebenarnya itu seperti apa. Seperti yang
tercantum dala surah Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31, Rara hapal kan
surahnya?” sahut Ibunda Rara panjang lebar.
“iya Bu, Rara hapal. Tapi Ibu kan
tahu, kalau Rara itu ga pandai ngomong. Kadang-kadang Rara gugup dan
kata-katanya jadi terbata-bata kalau berbicara sama guru”, ucap Rara sedih.
“anggap saja Rara sedang
berbicara dengan Ibu atau teman Rara. Santai, tapi kata-katanya tetap sopan. Rara
kan sedang melaksanakan perintah Allah SWT dan berjuang untuk Agama-Nya. Pasti
Allah SWT membantu Rara. Ada kan firman Allah yang berbunyi “dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscya Allah menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya”. Rara
harus yakin, kalau Allah selalu membantu hamba-Nya yang sedang berjuang untuk
agama-Nya” jelas Ibu Rara.
“iya juga ya Bu, Rara lupa dengan
firman Allah yang itu. Tapi gimana kalo pa gurunya ga paham dengan omongan Rara
terus ga ngizinin Rara untuk makai jilbab saat olahraga?” tanya Rara lagi.
“jangan berburuk sangka dulu,
Sayang. Rara kan belum mencoba, tetap berhusnuzhon. Kalo mereka tidak paham,
tidak apa-apa. Mungkin saat itu mereka belum mampu mencerna penjelasan dari Rara.
Pokoknya Rara harus yakin kalau Allah selalu membantu hamba-Nya”, kata Ibu
meyakinkan Rara.
“hmm… sekarang Rara sudah yakin
Bu. Besok saat pelajaran olahraga Rara mau makai pakaian yang syar’i dah. Rara
harus tetap istiqomah, do’a kan Rara ya Bu”, kata Rara yakin.
“nah gitu dong, itu baru namanya Rara,
anak Ibu, hehe. Pasti Sayang, Ibu selalu mendo’akan Rara”, ucap ibu bangga.
“hehe, ayo Bu kita makan. Dari
tadi makananya di liatin aja. Gara-gara keasyikan ngomong nih” ajak Rara.
“eh iya, ayo. Tapi panggil ayah
sama ade dulu sana. Sepertinya ayah terlalu serius bekerja, jadi sampai lupa
makan malam” perintah ibu.
“siap bos!” ujar Rara semangat
dan bangkit dari tempat duduk.
********
Suara
ayam jago mulai terdengar bersahutan-sahutan dengan kicauan burung. Pertanda
hari baru segera dimulai. Di dalam kamar Rara sudah siap dengan pakaian SMA dan
membawa kaos olahraga di dalam tasnya. Semua peralatan sekolah sudah masuk ke
dalam tas gadis cantik itu. Dar wajahnya tidak terlihat ragu ataupun
kebingungan lagi. Yang terlihat hanya wajah ceria dan bersemangat untuk memulai
aktivitas hari ini.
“aku yakin, pasti bisa!” ucap Rara
dalam hati.
********
Memasuki
gerbang sekolah, terlihat gadis cantik bernama Rara itu sangat bersemangat.
Tidak ada keraguan sedikit pun yang terpancar dari wajahnya. Saat bertemu
dengan teman-temannya pun, Rara bersikap seperti biasa, tetap ramah dan selalu
tersenyum pada temannya.
“Dina.. Rinaa”, panggil Rara pada
temannya.
“hay Rara”, jawab mereka
serempak.
“kamu kenapa ga pakai baju
olahraga?”, tanya Dina heran.
“ga papa, nanti aku ganti kok”,
jawab Rara ringan.
“ooh gitu”, balas Rina.
“eh, kita ke ruang mana?”, tanya
Dina. Di sekolah Rara dilakukan program moving class. Jadi setiap mata
pelajaran, menepati sesuai mata pelajarannya. Kalau sedang pelajaran
matematika, maka kelas yang dapat jadwal itu, mereka pergi ke kelas matematika.
“ruang penjaskes, dekat tangga
itu”, tunjuk Rara ke arah ruang penjaskes.
“oh iya, ayo ke sana”, sahut
Dina.
Mereka bertiga
pun berjalan menuju ruang penjaskes. Saat memasuki ruang penjaskes, ruangannya
masih terlihat sepi. Maklum jam segini masih terlalu pagi. Rara jadi datang jam
7 kurang 15 menit karena hari ini giliran kelas sepuluh untuk melakukan senam
pagi. Rara tidak mau lagi dihukum seperti minggu kerin karena terlambat lima
menit. Jadi dia berusaha untuk datang pagi-pagi sekali.
Banyak teman Rara
yang menanyakan kenapa Rara tidak memakai pakaian olahraga. Sebab pada minggu
ini sudah mulai bermain di lapangan, tidak teori lagi. Tetapi, Rara menjawab
semua pertanyaan teman-temannya itu dengan santai dan jelas. Dia mengatakan
bahwa tidak mau memakai celana olahraga karena celana itu tidak termasuk
pakaian seorang muslimah. Banyak teman-teman Rara yang tidak mau menerima
jawaban itu atau cuman berkata ‘oh’ saja.
“terus gimana nanti kamu
olahraganya?” tanya salah satu teman Rara.
“ya pakai kaos olahraga, tapi
tidak pakai celananya. Jadi kaos olahraga dan rok ini”, kata Rara sambil
menunjuk rok SMAnya.
“ga takut jatuh Ra?”, tanya
mereka lagi.
“engga, ini kan merupakan salah
satu wujud cintaku kepada Allah, yaitu menjalankan perintahnya unutk menutup
aurat dengan benar. Aku yakin, Allah pasti akan menjagaku dari marabahaya.
Kalau pun aku terjatuh, itu merupakan kehendak dari Allah untuk megujiku”,
jelas Rara.
“huuh, dasar alim” kata salah
satu teman Rara yang tidak menerima jawabna Rara.
“aamiin..”, jawab Rara santai.
“panggilan kepada kelas sepuluh
untuk berbaris di lapangan, senam pagi segera di mulai” teriak bapa Ipul dari
pengawas harian.
“eh, udah mau senam, kelapangan
yuk Syif”, ajak Rara pada Syifa.
“yukk”, sahut Syifa.
Di
lapangan sudah berbaris rapi anak-anak kelas sepuluh untuk mengikRara senam
pagi. Dari kelas sepuluh tujuh, kelasnya Rara. Hanya Rara yang terlihat berbeda
pakaiannya. Teman-teman Rara memakai pakaian olahraga. Sedangkan Rara memakai
seragam SMA puth abu-abu. Terlihat jelas bahwa dia berbeda sendiri. Tetapi
walaupun begitu dia tetap percaya diri ikut berbaris di bagian depan dan mengikRara
gerakan-gerakan senam.
*************
“sudah baca do’anya?”, tanya pak
Ipul, guru olahraga Rara di depan pintu.
“sudah pakk”, jawab kelas sepuluh
tujuh serempak.
“ayo ke lapangan”, perintah pak
Ipul.
“asikk”, teriak salah satu teman Rara.
“Syif, temeni aku ganti baju dulu
yuk” pinta Rara pada Syifa.
“ayukk”, sahutnya.
Selesai
berganti baju, Rara dan Syifa berlari menuju lapangan. Saat berbaris, Rara di
tegur bapak Ipul.
“itu yang pakai rok, mana
celananya”, tanya pak Ipl dari depan.
“ga ada Pak, saya tidak mau makai
celana”, jawab Rara nyaring.
“loh, itu pakai punya Ella, dia
lagi izin keluar juga tuh”, usul Kiki. Kebetulan saat itu si Ella sedang izin
keluar untuk mengambil ijzah di SMPnya.
“ga usah, pakai ini aja”, sahut Rara.
“ya sudah, ayo kita mulai
pelajaran kali ini” kata Ipul.
Saat
pelajaran olahraga berlangsung, Rara masih terlihat bersemangat. Walaupun saat
pemanasan dan berlari keliling lapangan, Rara terlihat agak susah untuk
melangkahkan kaki karena terbatas oleh rok SMAnya itu. Namun jelas terlihat di
wajahnya itu tidak ada rasa keluh karena kesusahan berlari menggunakan rok,
yang terlihat cuma rasa capek karena habis keliling tiga kali putaran lapangan
basket.
“oke, pelajaran hari ini cukup
sampai di sini. Minggu depan kita lanjutkan lagi”, kata pak Ipul menyudahi
pelajaran kali ini.
“Alhamdulillah”, ucap Rara dalam
hati.
“Pak Ipul”, panggil Rara mengejar
guru olahraganya itu.
“iya”
“Pak, say boleh ga kalau setiap
pelajaran olahraga memakai rok sama kaos olahraganya aja?”, tanya Rara
hati-hati.
“kenapa jadi begitu? Kamu tidak
punya celana olahraganya?” pak Ipul balik bertanya.
“celananya ada, tapi saya tidak
bisa memakai celana kalau keluar rumah. Tidak diizinkan, Pak” jawab Rara.
“siapa yang tidak mengizinkan
kamu?”, tanya pak Ipul lagi.
“Allah SWT, Pak” jawab Rara lagi.
“heh?” tanya pak Ipul bingung.
“begini Pak, Allah kan
memerintahkan kepada setiap wanita
muslim untuk menutup aurat dengan benar. Sepeti yang tercantum dalam surah
Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31 Pak”, sahut Rara.
“oh gitu, tapi apa tidak kotor
rok kamu itu”, tanya pak Ipul masih tidak setuju dengan jawaban Rara.
“engga Pak, saya kan bawa dua”
jawab Rara yakin.
“hmm… gini aja. Nanti kamu minta
izin sama Bapak Farid, beliau kan guru olahraga yang lebih senior dari saya.
Kalau kata beliau boleh, oke kamu boleh makai pakaian seperti ini”, kata pak
Ipul.
“oke deh Pak, makasih ya.
Assalamualaikum” kata Rara berpamitan.
“iya, Walaikumsalam” jawab pak
Ipul.
“Alhamdulillah ya Allah, Engkau
telah membantu Rara. Sungguh, janji Engkau itu tidak pernah bohong. Maka
semakin kuat lah keyakinan Rara terhadap Engkau. Makasih ya Allah”, do’a Rara
dalam hati sambil berjalan menuju ruang penjaskes.
*****************
Sampai
di rumah, Rara langsung duduk di dekat ibunya kemudian berkata.,
“Bu, Alhamdulillah Rara diizinkan
pakai pakaian yang syar’i saat olahraga”, kata Rara senang.
“Alhamdulillah…”, jawab Ibu.
kemudian Rara menceritakan semua kejadian di sekolah tadi kepada ibunya. Dia
begitu bersemangat untuk menceritakan pengalamannya ini. Ibunda Rara sangat
bangga karena memiliki anak seperti Rara ini.
“ternyata benar kata Ibu, Allah
akan selalu membantu hamba-Nya yang selalu bertakwa kepada-Nya. Sekarang
keyakinan Rara terhadap Allah semakin tebal”, kata Rara bahagia.
“tentu, semua yang tercantum
dalam Al-Qur’an dan hadist itu tidak pernah bohong”, kata Ibu.
“iya Bu”
“baju Rara bau keringat. Sekarang
Rara ganti baju dulu lalu makan, tadi sudah solat di sekolah kan?”, kata Ibu
sambil menutup hidung.
“iya tadi Rara sudah solat di
sekolah. Eh masa sih Bu? Kok Rara ga nyium bau keringat ya? Hehe”, kata Rara
sambil nyengir.
“iyalah, itu kan bau kamu
sendiri”, kata Ibu.
“oke, oke. Rara ganti baju terus
makan” ujar Rara bangkit.
“hmm…”
****************