Senin, 02 September 2013

W A K T U

Waktu itu terus berputar
Berputar tanpa henti...

Setiap manusia mempunyai jatah waktu yang sama dalam sehari
Allah beri mereka waktu selama 24 jam dalam sehari
Untuk beribadah kepada Allah, Sang Pemilik waktu
Sesuai dengan perkataan-Nya dalam Al-qur'an

Aku. Adalah seorang manusia
Yang diberi jatah waktu 24 jam dalam satu hari
Waktu yang diberikan-Nya dan aku yang punya hak kendalikan waktu itu
Aku yang punya kendali
Aku. Sang kaptennya
Aku yang mengontrol waktu yang kupunya
Aku yang bebas memilih untuk apa waktu yang ku punya

Tapi terkadang aku lalai
Bahkan bisa dibilang sering
Aku sering gunakan waktu yang ku punya untuk hal yang tidak bermanfaat
Aku tidak gunakan waktu yang ku genggam untuk beribadah kepada Allah, Sang Penguasa waktu
Aku sering terlena dengan kehidupan yang fana ini
Aku akui, aku lalai...

Aku berusaha untuk mengubahnya
Aku ingin hidup pada jalan yang benar
Namun terkadang rasa malas yang lebih mendominan dalam jiwa ini
Niatan dalam hati belum tertancap kuat
Hanya berasa seperti kertas yang menempel di dinding
Mudah terlepas dengan seiringnya waktu

Rasa malas ditambah godaan syaitan
Semakin membuatku jauh dari Yang Maha Kuasa
Aku ingin dekat dengan-Nya
Namun aku masih belum mampu
Mugkin usahaku belum maksimal
Ya, mungkin saja...

Sekarang~
Aku ingin memanfaatkan sisa waktu yang ku punya selama aku masih bisa bernapas
Aku hanya ingin hidup untuk beribadah pada Sang Penciptaku
Mengabdi pada-Nya sebisa mungkin
Aku pasti biasa !!
Bantu Ukhti ya Allah..
Aamiin..

Rabu, 24 Juli 2013

Berhijrah yukkk…..

Hijrah. Sebuah kata yang terdiri dari enam huruf yang berasal dari bahasa Arab yang berarti meninggalkan, menjauhkan diri, dan berpindah tempat. Terkait dengan kata hijrah, saya teringat dengan kisah Nabi Muhammad Saw beserta para sahabat berhijrah dari kota Mekkah ke kota Madinah. Dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam. Beliau berpindah tempat dari kota Mekkah yang menolak dakwah dan seruan Allah ke kota Madinah yang dengan tangan terbuka menerima ajakan Rasulullah Saw untuk kembali pada aturan Allah.

Dalam kehidupan saat ini, saya melakukan apa yang dulu Rasulullah lakukan. Yaitu berhijrah. Dulu sebelum mengenal Islam, saya hidup penuh dengan kesia-sian. Aktivitas yang saya lakukan tanpa arah dan tujuan. Saya biarkan mengalir mengikuti takdir. Seperti sebuah daun yang jatuh di atas aliran air sungai, mengapung mengikuti arah arus. Tidak melihat apakah aliran tersebut mengarah pada air kubangan atau air laut atau air yang bersih.

Yang saya lakukan hanya mengikuti, seperti bebek yang selalu mengikuti rombongan kawannya. Kawan-kawan saya melakukan aktivitas pacaran, saya ikuti. Kawan saya membuka aurat, saya ikuti. kawan saya menyontek, saya ikuti juga. Saya mengukuti apa yang ada di lingkungan hidup saya. Tanpa melihat hukumnya, apakah itu haram atau halal.

Namun, selang beberapa tahun saya merasakan hidup mengalir seperti itu. Saya merasa jenuh. Saya merasa capek dengan kehidupan yang saya jalani. Saya pikir, apakah untuk ini saya hidup. Hanya mengikuti apa yang mesti terjadi.

Saat itu saya masih berada di bangku es em pe. Kata orang tuh masih ABG, anak baru gede. Haha… ya dulu saya merasakan bagaimana hidup tanpa arah dan tujuan. Apalagi belum ada pegangan hidup yang kuat. Kata zaman ke sana, ikuti. ke sini, ikut juga. Ya begitulah hidup di waktu baru merasakan dunia. Kalo kata saya tuh anak labil. Ngikut aja. Tidak bisa memutuskan mana yang harus dilakukan atau tidak.

Tapi ternyata Allah sangat sayang dengan saya. Di saat saya di dera kegalauan akut yang mendalam tentang hidup ini (ceileee bahasanya :D). Allah pertemukan saya dengan Kakak-kakak yang cantik nan anggun bila dipandang. Dengan pakainanya serba tertutup. Senyumnya yang selalu mengembang. Membuat saya terpesona dengan daya tariknya sendiri.

Dari pertemuannya itu saya dapat pencerahan untuk hidup ini. Apa yang harus saya lakukan selama saya masih bisa bernapas. Yang namanya galau itu udah tak ada lagi dalam kehidupan saya. Karena saya sudah dapat pecahkan permasalahan yang selama ini menggeluti jiwa saya. Alhamdulillah.. Allah telah bantu saya.

Tetapi Allah tidak akan bantu jika kita tidak memintanya.

Saat saya mengenal Islam yang sebenarnya saya sudah duduk di bangku kelas 9 es em pe. Dan sebentar lagi akan menghadapi yang namanya UAN. Saat persiapan dan ujian berlangsung banyak sekali godaan yang menghampiri saya. Banyak yang menawarkan berbagai macam cara agar nilai ujian tinggi. Namun saya anggap semua godaan itu sebagai ujian dari Allah untuk meningkatkan derajat saya di hadapan-Nya, untuk menguji seberapa besar sayang sayang kepada Allah.

Walaupun banyak godaan yang menghampiri, saya sudah berazzam di dalam hati bahwa saya tidak ingin menjadi sebuah daun yang jatuh di atas aliran air. Tetapi saya ingin menjadi seekor ikan yang mampu berenang melawan arus yang kuat. Saya ingin hidup melawan derasnya arus kehidupan. Saya ingin seperti ikan tersebut yang mampu sekuat tenaga berenang melawan arus air yang kuat.

Setelah lulus dari es em pe, saya berniat ingin berpindah daerah. Saya ingin sekolah di daerah lain. Karena saya masih belum kuat untuk tetap berada di daerah tersebut. Saya takut tergoda dan terseret arus kehidupan. Akhirnya saya memilih masuk ke es em a favorit di daerah tetangga tempat saya tinggal. Alhamdulillah… di sana saya mampu melawan arus kehidupannya. Bahkan mulai mengajak kawan-kawan saya untuk ikut berjuang kea rah yang benar dan hakiki.

Wahai kawanku… sekarang jadilah seekor ikan yang mampu melawan arus air begitu deras.  Jangan menjadi sebuah daun yang jatuh di atas aliran air dan ikut mengalir bersama air tersebut. Sekarang tentukanlah pilihanmu. Apakah masih betah dalam lingkungan yang melenakan atau mau berhijrah ke tempat yang benar, mengikuti aturan yang telah Allah tetapkan. {}

Bersambung di kisah saat es em a …..

Minggu, 30 Juni 2013

Gadis Itu....



 

Gadis itu cantik. Berkulit putih. Berwajah manis. Tubuh yang tinggi semampai. Cocok sekali menjadi gadis sampul atau sejenisnya. Dulunya dia seorang gadis yang “agak bandel”, melawan perkataan orangtua, sering berbohong, sering pacaran, mengenakan pakainan yang tidak seharusnya, dan perilaku yang tidak sesuai ajaran agama Islam. Tapi itu duluuu..
Sekarang dia berubah menjadi gadis yang begitu mulia. Tutur katanya yang menyejukkan. Sopan santunnya. Cara berpakaiannya, dengan jilbab dan khimar. Semua kelakuannya berlandaskan syaria’t Islam. Aku sangat kagum dengan sosok gadis itu. Dia sangat mempesona. Jika seorang wanita muslim melihat dia, atau hanya baru mengenal dia. Pasti hati nuraninya memiliki keinginan untuk menjadi seorang muslimah seperti gadis itu. Aku sendiri pun berkeinginan menjadi muslimah seperti dia.
Aku dan gadis itu begitu dekat. Kami bersaudara, walaupun tidak sedarah. Dari kecil kami selalu bermain bersama. Bila ada hari libur, biasanya aku menginap di rumahnya atau dia menginap di rumahku. Kami begitu kompak. Terkadang kami berantem, tetapi nanti baikan sendiri. Kami main lagi. Tertawa bersama, menangis bersama, kemana-mana bersama.
Tetapi seiring dengan perputaran waktu. Kami tumbuh menjadi gadis remaja. Dulu waktu gadis itu dan aku masih berada dalam masa jahiliyah (read; nakal) kami masih tetap bersama. Berbagi kisah, berbagi canda, berbagi tawa, dan berbagi tangis. Namun, ketika gadis itu harus pindah ke tempat yang lebih aman dalam pergaulan. Dia dipindahkan sekolah oleh kedua orangtuanya. Gadis itu harus pindah ke sekolah yang berbasis Islam. Dan di sana juga harus menginap di asramanya. Aku merasa kehilangan sosok kawan plus sahabat terdekatku. Tapi aku memakluminya, karena mungkin ini yang terbaik untuk menyelamatkan akidahnya.
Aku juga merasa ada yang tidak beres dalam dirinya ketika masih bersekolah di sekolah yang dulu. Waktu itu aku sudah sedikit memahami agama yang aku anut dari lahir. Mungkin karena ingin menyelamatkan aqidah gadis itu makanya kedua orangtuanya memindahkan sekolah gadis itu.
Awal-awal dia berada di sekolah yang baru, hubunganku dengan gadis itu baik-baik saja. Masih seperti dulu. Aku juga bersyukur dengan perubahan fisik yang ada pada dirinya. Pakaiannya. Dan cara berbicaranya. Namun lama-kelamaan aku merasa hubungan kami semakin longgar. Dia lebih suka menghabiskan waktu liburnya bersama kawan-kawan barunya. Aku merasa seakan aku ‘dibuang’. Ketika aku ikut bergabung, bermain bersama kawan barunya, aku merasa dihiraukan. Entahlah… apakah ini hanya perasaanku saja.
Tapi aku rindu. Rindu akan suasana keakrabanku dengan gadis itu. Tawa bersama. Kisah bersama. Tangis bersama… aku ingin bercerita lagi tentang kehidupanku dengannya. Karena aku pikir dia yang memahamiku. Namun, ketika aku ingin bercerita, dia tak ada waktu luang lagi untukku. Jika ada, dia tak dengarkan sepenuhnya. Sedih? Aku sangat sedih sekali. Mendapat perlakuan dari saudara yang aku sayangi seperti itu.
"Ya Allah… tunjukkan dimana letak kesalahan hamba. Hamba ingin bersamanya lagi seperti dulu, bagi kisah, tawa, canda, dan tangis. Aku memang bangga dengan perubahannya yang sekarang. Tapi kenapa hubungan kami yang dulu akrab tidak ada lagi. Ya Allah… maafkanlah jika hamba mempunyai kesalahan dalam berprasangka. Tapi hamba hanya ingin seperti dulu. Keakraban kami, kehangatan kami bersama. Aamiin.."

Minggu, 10 Februari 2013

Bangkitlah para Remaja!



Siang itu, saat pelajaran Sosiologi. Kebetulan guru yang mengajar berhalangan hadir, tetapi kami diberikan tugas untuk mengerjakan soal. Karena aku tidak bisa menjawab soal latihan Sosiologi itu, aku berjalan ke depan dan duduk di kursi dekat papan tulis. Dari depan aku melihat berbagai macam kelakuan teman-teman sekelasku. Ada yang bercanda dengan lawan jenis, kejar-kejaran, ada yang serius mengerjakan tugas, main handphone, dan lain sebagainya. Karena terlalu asyik memperhatikan mereka, aku tidak menyadari di sebelahku ada Gina, dia salah satu temanku yang sering galau di kelas.
“Eh, Gina ”, kataku kaget.
“Iya Ka, sudah ngerjakan tugasnya?”, tanya Gina.
“Belum, aku bingung ngerjakannya, nggak paham sama materinya”, Jawabku.
“Oh.. sama, hehe”, balasnya. Kemudian kami berdua terdiam sebentar.
“Eh, iya, kamu masih sama Ferdy kah?”, tanyaku tentang pacarnya yang aku tahu sekarang.
“Kamu tahu dari mana aku pacaran sama Dia?”, Gina balik bertanya.
“Dari yang lain”, Jawabku.
“Enggak, aku sudah putus”, ujarnya sedih.
“Oh..”,  kataku sambil membentuk huruf O di mulutku. Kami pun sama-sama terdiam.
“kenapa bisa putus?, tanyaku lagi.
“adalah, karena something” jawabnya.
“yaudah, yang sabar ya. Makanya jangan pacaran lagi” kataku spontan. Gina melirikku sebentar kemudian berbicara lagi.
“Dulu waktu SMP, kamu tomboy banget ya. Rambut pendek, temennya cowok semua, sekarang beda banget. Tapi masih nggak rambut kamu pendek?”, tanya Gina mengalihkan pembicaraan. Kebetulan kami dulu satu kelas waktu kelas 1 SMP dan sekarang dapat kelas yang sama lagi.
“Hehe ingat aja kamu, enggak sekarang udah panjang, aku juga udah insyaf, nggak mau jadi cowok lagi”, kataku nyengir. Malu dan sedih bila teringat dengan kelakuanku dahulu. Kemudian kami berdua bernostalgia waktu kelas 1 SMP. Banyak kejadian yang sudah terlupakan dalam ingatanku.
Pernah suatu ketika di pelajaran Olahraga Gina bertanya kepadaku kenapa saat olahraga tidak mau memakai celana. Lalu aku jawab dengan pemahaman yang selama ini aku pahami tentang pakaian seorang muslimah.
“Oh iya Ka, aku mau tanya tentang pacaran, pacaran itu boleh ga?” tanya Gina kemudian. Aku tersenyum dan menjawab.
“Tentu yang namanya pacaran itu tidak boleh. Di dalam Al-Qur’an, Allah sudah menegaskan bahwa yang namanya pacaran itu dilarang. Kenapa dilarang? Karena pacaran itu mendekati zina. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi ‘”Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk’ mendekati zina saja sudah haram, apalagi berbuatnya, iya kan?” jawabku sambil tersenyum. Ternyata, saat aku berbicara tentang pacaran, banyak teman-temanku yang ikut duduk mendekati aku dan Gina untuk mendengarkan penjelasanku. Karena melihat mereka, aku semakin semangat untuk berdakwah.
“Kata-kata mendekati zina dalam ayat tersebut iyalah seperti zina mata, kita melihat laki-laki yang bukan mahram kita. Lalu zina hati, karena kalau yang namanya pacaran itu pasti yang dipikiran orang itu hanyalah lelaki yang katanya mereka sayangi. Padahal, itu sudah perbuatan yang menduakan Allah. Kita aja sebagai manusia pasti akan merasa sakit bila diduakan. Apalagi Allah SWT sang pencipta kita. Iya ga? Dan juga banyak zina-zina yang lain yang akan diperbuat bila sudah melakukan yang namanya pacaran itu. Makanya Allah melarang kita berpacaran”, sambungku.
“Ohh, jadi ga boleh ya Ka” tanya Indah, temanku yang lain.
“Iya, sangat, sangat tidak boleh” kataku tegas.
Kemudian mereka bertanya-tanya lagi tentang hubungan dengan lawan jenis dan interaksinya, sampai-sampai aku kewalahan menjawab pertanyaan mereka. Tapi aku senang sudah bisa berbagi ilmu yang aku dapat dari musyrifahku (guru) kepada mereka. Dan saat aku ceritakan tentang masa Rasulullah dan sahabatnya, yaitu pada masa-masa Khilafah tegak. Mereka sangat tertarik, apalagi saat aku kisahkan tentang hukum berzina dan lain sebagainya. Mereka malah menginginkan hukuman Islam yang seperti itu dari pada hukum buatan manusia yang sekarang.
Tak terasa lonceng tanda pulang sudah berbunyi, aku sangat puas karena bisa berbagi ilmu dengan mereka dan besok mereka ingin aku bercerita lagi tentang Islam. Bercerita tentang permasalahan yang terjadi pada remaja saat ini.
Senyum dan acungan jempol, kuberikan kepada mereka sebagai tanda setuju.
Sesampai di rumah, aku duduk di ruang tamu dan berpikir, memang permasalahan yang terjadi pada remaja saat ini begitu banyak. Di sekolah, yang awalnya cuman lirik-lirikan dengan lawan jenis, berlanjut sms-an, ketemuan, kemudian ada tumbuh benih-benih cinta, lalu pacaran, dan yang ujung-ujungnya berani melakukan zina. Lebih parahnya lagi hamil di luar nikah jadi nekat aborsi, terkena penyakit HIV/AIDS lah, sampai ada yang bunuh diri akibat yang awalnya cuman lirik-lirikan saja.
Uuhh… begitu lemahnya keimanan seorang remaja saat ini. Diakibatkan oleh kurangnya pemahaman tentang Islam kepada remaja-remaja muslim. Serta adanya sistem bobrok bin hancur (baca: kapitalisme) yang dianut berbagai Negara, termasuk di Negara kita. Sungguh menyakitkan bila kita lihat pergaulan remaja saat ini. Sore-sore sudah keluar rumah dengan si doi, tengah malam baru pulang. Orangtua pun hanya melihat, tidak mampu menegur, entah apa alasannya. Di sekolah kerjaannya cuma untuk hura-hura saja, tidak diniatkan untuk menimba ilmu. Uh… betapa kasiannya teman-temanku yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Bahkan saat itu sedang hotnya berita tentang Rohis Sarang Teroris. Duh, berita bohong yang disebarkan oleh media masa. Penyebab remaja atau anak-anak sekolah menghindari yang namanya Rohis, pengajian, atau kajian tentang Islam, karena mereka takut akan berita bohong yang telah beredar. Padahal melalui Rohis di sekolah bisa menguatkan keimanan dan menambah pemahaman remaja tentang Islam saat ini. Dengan Rohis pula kita bisa menghindarkan remaja-remaja tercebur ke dalam pergaulan bebas.
Tapi pangkal masalah dari itu semua adanya sistem atau ideologi yang dianut baik individu, masyarakat maupun Negara yang jauh dari ajaran Islam. Sehingga  diperlukan pemahaman dan kesadaran untuk mau mengganti sistem yang rusak ini dengan hukum-hukum Allah SWT dan Sunah Rasul.
Lalu, setelah aku ingat-ingat lagi tentang respon teman-teman saat aku sampaikan tentang masalah pakaian muslimah dan tentang mengidolakan seseorang, sebenarnya sebagian mereka yang lulusan Tsanawiyah sudah tahu tentang pakaian seorang muslimah itu bagaimana. Lalu hukum mengidolakan sesama manusia (baca: artis) itu bagaimana. Tetapi sayangnya mereka tidak mau mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat di Tsanawiyah dulu itu dalam kehidupan. Entah apa alasannya, mungkin karena saat di Tsanawiyah dulu itu hanya di ajarkan teorinya saja, tetapi tidak sampai pada pemahannya. Wallahu’alam.
Kemudian aku teringat lagi saat pelajaran pendidikan kewanegaraan, kami sedang melakukan debat tentang fungsi dan tujuan Negara. Kemudian berlanjut sampai permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia. Kami asyik mengeluarkan berbagai pendapat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Indonesia. Sampai ada salah satu kawanku berkata “semua permasalahan yang terjadi di Indonesia ini tidak ada solusinya, seperti korupsi, BBM bersubsidi, dan lain-lain. Itu merupakan permasalahan yang rumit dan sulit di atasi, sekarang yang kita butuhkan hanya kesadaran setiap orang”.
Glekk… dalam hati aku ingin sekali menyanggah pendapat itu. Tapi, waktu itu aku masih belum berani untuk mengeluarkan pendapat bahwa ada solusinya untuk permasalahan yang terjadi di Indonesia ini. Aku ingin menyampaikan bahwa ada solusi yang jitu nan ampuh untuk mengatasi berbagai problem di Indonesi, yaitu dengan mengganti sistem kapitalisme yang ada di Indonesia dengan sistem Islam. Kemudian menegakkan Khilafah Islamiyah dan menerapkan hukum-hukum Allah SWT, Indonesia mampu menjadi sebuah Negara yang makmur. Aku terlalu takut untuk menyampaikannya, aku takut mereka tidak paham dan berbagai firasat buruk lainnya. Jadilah aku hanya diam saja. Sungguh, itu merupakan kesempatan yang aku sia-siakan. Dalam hati ada rasa sesal karena aku sudah bersu’uzon. Dan ini bisa ku jadikan sebuah pengalaman untuk kedepannya lagi. Kita sebagai pengemban dakwah harus BERANI dalam menyampaikan suatu hal yang benar, tentang Islam.
Sekarang yang bisa kita usahakan adalah dengan terus mengajak teman-teman dan guru-guru kita untuk ikut berjuang menegakkan Islam dalam sebuah kekhilafahan. Membuka pemikiran mereka untuk ikut memikirka keadaan yang negeri bobrok ini akibat menganut sistem yang salah. Hanya dengan Islamlah kita bisa terlindungai dari berbagai macam gangguan. Kita merasa aman, karena Negara yang menjamin itu. Aku yakin tentang khilafah ini karena sudah janji Allah SWT dan sejarah mampu membuktikan keberhasilan Islam terutama pada masa Rasulullah dan para Khalifah terdahulu.
Bagi pengemban dakwah, gunakanlah setiap peluang yang kita punya dalam kegiatan-kegiatan sekolah untuk terus berdakwah. Jangan sampai kita ikut terbawa arus pergaulan bebas. Kita harus mampu tetap istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Dan jangan sampai prinsip yang kita pegang menjadi goyah hanya karena ada kakak kelas atau teman satu kelas yang suka dengan kita.
Seperti kisah seorang teman seperjuanganku di sekolah, dia orangnya sangat cantik. Banyak kakak kelas yang suka dengan dia. Sampai suatu ketika ada kakak kelas yang menyatakan cinta dihadapanya, saat itu hati dia sudah mulai goyah, mukanya terlihat merah. Melihat kejadian itu, aku langsung menarik dia berjauh dari tempat itu, kemudian aku ingatkan dia hukum berinteraksi dengan lawan jenis, seperti pacaran.
Sebuah prinsip itu bisa kita analogikan seperti sebuah batu karang. Walau diterjang ombak berkali-kali, dia takkan pernah goyah atau berpindah. Dia tetap berada di tempat itu. Sama juga dengan prinsip yang kita pegang, walau diterjang berbagai arus pergaulan, kita akan tetap teguh untuk tetap pada pendirian yang kita pegang. Tidak mau ikut terbawa pergaulan bebas, yang kerjaannya cuman untuk senang-senang saja.
Dakwah, dakwah, dakwah… walaupun kita masih seorang pelajar. Kita juga harus bisa berdakwah, mengajak teman-teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Bukan hanya teman yang kita ajak, tetapi guru pun harus kita ajak juga untuk ikut berjuang menegakkan Khilafah. Tetapi ingat, janganlah kita memaksakan pemahaman yang kita miliki kepada orang lain. Santai aja… walau santai tapi “ngena”. Wah,,, sip banget tuh.
Aku jadi teringat sebuah lagu yang selalu membuat semangat juangku membara, lirik sederhana tapi mampu membuatku seperti handphone yang baru di charge. Seperti lirik lagu itu, AYO, BANGKITLAH REMAJA ISLAM !!! Ayo keluar dari jurang pergaulan bebas. Jauhi kehidupan yang serba hedonist (berlebihan), serba bebas, tinggalkan semua itu. Ayo bangkit wahai kawan-kawanku. Kita berjuang bersama untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. ALLAHU AKBAR !!
**********
Seruan mulia terdengar
Menyerukan nian remaja Islam
Tinggalkan kotor gaya hidup jahiliyah
Sambutlah, bersih hidup dalam naungan tatanan syariah
Pribadi remaja nan tegar
Perkuat iman hadapi jaman
Mulia remaja bersama Islam
Sambutlah bersih hidup dalam naungan tatanan syariah

Jangan ikuti gaya hidup jahiliyah
Merusak raga, jiwa, serta agama
Merusak pribadi keluarga Negara
Ayo luruskan dengan Islam 
Citra remaja Islam agung dan mulia
Kuat akidah patuh terapkan syariah
Bersama berdakwah merindukan Khilafah
AYO BANGKITLAH REMAJA ISLAM…
(Remaja Islam Bangkitlah - Shoutul Khilafah)
*********
WE NEED KHILAFAH!!!