Ada sebuah kisah dari negeri antah branta. Di sana tinggalah
seorang Raja yang mempunyai banyak pengawal, namun hanya ada satu pengawal yang
sangat disayangi Raja. Setiap ada masalah, Raja selalu curhat kepada pengawal
tersebut.
Saat istrinya pergi meninggalkan Raja, Raja bercerita kepada
pengawalnya. Dan pengawal tersebut menjawab dengan santai “tenang, semua akan
baik-baik saja”. Setelah sang pengawal berkata seperti itu, tenanglah hati sang
Raja.
Saat Raja kehilangan sandal jepitnya, kemudian curhat kepada
pengawal kesayangannya. Sang pengawal menjawab dengan santai “tenang, semua
akan baik-baik saja”. Maka tenanglah hati sang Raja. Setiap kali Raja curhat
kepada pengawalnya, pengawalnya pasti akan selalu menjawab “tenang, semua akan
baik-baik saja”.
Sampai suatu ketika, sang Raja dan pengawal kesayangannya
berburu binatang ke hutan. Saat berburu
binatang liar, jari kelingking sang Raja putus diterjang oleng binatang buas.
Kemudian sang Raja mengaduh kesakitan kepada pengawalnya. Pengawalnya hanya
menjawab “tenang, semua akan baik-baik saja”. Namun, sang Raja tidak merasa
baik-baik saja. Sang Raja kemudian marah kepada pengawalnya, “bagaimana mungkin
baik-baik saja, jari kelingkingku putus seperti ini”. Sekali lagi sang pengawal
menjawab “tenang, semuanya akan baik-baik saja”.
Mendengar jawaban pengawalnya seperti itu, sang Raja semakin
marah, “ini tidak baik, kau tidak membantuku, kau tidak membuatku tenang, kau
akan ku masukkan ke penjara!”. Setelah itu sang pengawal dimasukkan ke penjara
bawah tanah selama 3 tahun lamanya.
Suatu hari, sang Raja berburu ke hutan lagi dengan seorang
diri. Dia berburu di hutan yang manusianya masih bertingkah laku primitif. Saat
berburu, nasib buruk menimpa sang Raja. Sang Raja ditangkap oleh kawanan orang
primitif dan hendak dijadikan santapan makan malam mereka. Orang-orang primitif
sudah menyiapkan kuali besar yang berisi air mendidih dan dicampur dengan
sayuran dan bumbu-bumbu lainnya. Namun saat orang-orang primitif hendak
memasukkan Raja ke dalam kuali besar, tiba-tiba orang-orang primitif
membebaskan sang Raja dan menyuruh sang Raja untuk pulang. Sang Raja tidak
mengerti dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang primitif.
Kemudian sang Raja menjadi penasaran dengan kejadian yang
menimpanya. Dia bertanya ke sana kemari kepada orang-orang sekitarnya. Sampai
suatu ketika sang Raja bertemu dengan seseorang yang mengerti adat istiadat
orang-orang primitif di hutan tersebut. Ternyata orang-orang primitif tidak mau
memakan daging manusia yang cacat. Sebelum memasukkan ke kuali besar, mereka
melihat jari kelingking Raja yang tidak ada. Sehingga orang-orang primitif
membebaskan Raja.
Setelah mengetahui hal itu, sang Raja sadar. Ternyata ucapan
pengawal kesayangannya yang dulu itu benar. Semua akan baik-baik saja. Kemudian
yang Raja membebaskan pengawalnya dan berterimakasih. Namun sang Raja belum
puas, dia meminta pengawalnya untuk menghukum dirinya. “pengawal, hukumlah aku,
aku telah menzhalimi kamu selama 3 tahun”. Pengawal menjawab “tidak Raja, semua
akan baik-baik saja”.
Sang Raja masih belum puas, “tolong, hukumlah diriku. Agar
aku tidak merasa bersalah lagi”.
Pengawal itu menjawab, “tidak sang raja, semua baik-baik
saja”.
Sang Raja bertanya, “kenapa kau tidak mau menghukumku?
Padahal aku sudah menzhalimi kamu”.
Pengawal menjawab dengan tenang, “seandainya Raja tidak
memasukkanku ke penjara, kemudian kita pergi memburu berdua, kita ditangkap
oleh orang-orang primitif, maka saat hendak dimasukkan ke kuali besar, sang
Raja akan di bebaskan. Sedangkan saya akan menjadi santapan makan malam
mereka”...
Naahh, hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut?
setiap manusia mempunya dua daerah, yaitu daerah yang
dikuasainya dan daerah yang menguasainya. Daerah yang dikuasainya yaitu daerah
yang biasa dilakukan dan dipilihnya. Seperti dia hendak makan, minum, tidur,
dll. Itu adalah daerah yang dikuasainya dan dapat dipilihnya. Sedangkan daerah
yang menguasainya, yaitu daerah yang mengatur manusia itu. Seperti dia
dilahirkan sebagai seorang perempuan atau laki-laki, dia dilahirkan cantik,
ganteng, jelek, berkulit putih, berkulit hitam, hidung mancung atau pesek, dll.
Kemudian Dia meninggalnya pada tanggal berapa, hari apa, jam berapa. Manusia
tidak bisa menentukannya, karena itu merupakan daerah yang bukan kekuasaannya.
Yang menguasainnya hanya Allah SWT.
Seperti cerita di atas, pengawal tersebut selalu mengatakan
“semua akan baik-baik saja”, karena pengawal berpikir bahwa peristiwa yang
menimpa dirinya dan sang Raja adalah suatu hal yang diluar kuasanya. Seperti
saat istri sang Raja pergi meninggalkan Raja, pengawal itu selalu menjawab
“semua baik-baik saja”. Karena sang pengawal berpikir peristiwa itu tidak bisa
dipilih sang Raja dan dikehendaki sang Raja.
Saat sandal jepit sang Raja hilang, jari kelingking sang Raja
putus, pengawal kesayangannya selalu menjawab bahwa itu “semua akan baik-baik
saja”. Peristiwa itu bukan pilihan sang Raja dan bukan kehendak sang Raja.
Kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu, semua masalah atau peristiwa yang menimpa kita dan berada di luar kekuasaan kita (kita tidak memilih itu terjadi), tenang lah dalam menyikapinya dan selalu berpikir positif dan berpendapat “semua akan baik-baik saja”. Harus kita yakini, Allah SWT memberikan masalah atau ujian tersebut pasti ada rahasia dibaliknya dan untuk kebaikkan kita juga. Allah SWT tidak mungkin memberikan hal yang buruk-buruk kepada kita. Dibalik semua kejadian atau peristiwa yang kita alami pasti akan ada hal yang tak terduga sesudahnya. Karena Allah SWT mempunyai rencana yang sangat hebat dan tak dapat kita tebak. (@Ukhtieka)